STAKEHOLDER MANAGEMENT KUNCI KESUKSESAN ORGANISASI

Dalam menjalankan fungsinya, sebuah organisasi, khususnya korporasi tidak bisa dilepaskan dari keberadaan stakeholders (pemangku kepentingan). Kesuksesan sebuah oragnisasi sangat bergantung dari bagaimana tata kelola stakeholders dilakukan. Dukungan stakeholders merupakan basis diperolehnya ijin sosial untuk beroperasi, yang menjadi syarat mutlak bagi kelancaran operasi organisasi.

Dalam buku Strategic Management: A stakeholder approach, Edward Freeman (1984, p. 46) mendefinisikan stakeholder sebagai individu atau kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pencapaian dan keputusan organisasi. Definisi lain menyebutkan bahwa stakeholder adalah group atau individu yang berinteraksi dengan organisasi dan keduanya saling bergantung satu sama lain. Stakeholder juga diartikan sebagai individu atau kelompok yang mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh tindakan, keputusan, politik, praktik, dan tujuan organisasi (Gibson dalam Friedman and Miles, 2006, p. 7).

Stakeholders dan publik memiliki kemiripan dalam mempengaruhi kelancaran operasi organisasi, namun konsep keduanya berbeda. Grunig menjelaskan public adalah group ataupun individu yang memiliki perhatian yang sama terhadap suatu issue dan melakukan interaksi baik secara langsung maupun dimediasi oleh saluran komunikasi tertentu seperti media. Publik tidak selalu memiliki kaitan langsung dengan problem yang menjadi issue (Grunig and Hunt, 1984,p. 144).

Mengingat stakeholders memiliki pengaruh besar terhadap kesuksesan organisasi, maka manajemen stakeholders menjadi hal penting bagi sebuah organisasi. Manajemen stakeholder dipahami sebagai bentuk komunikasi yang harus dilakukan orgnaisasi dalam berbagai kondisi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah memahami siapa stakeholder kita. Sebuah organisasi yang mampu mengidentifikasi stakeholdernya dengan baik akan memiliki kesiapan komunikasi dalam menghadapi berbagai situasi termasuk saat krisis menimpa. Pemahaman yang mendalam tentang stakeholder memungkinkan bagi organisasi untuk menyampaikan pesan sesuai dengan karakteristik stakeholder yang dihadapi.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk memahami stakeholder adalah dengan melakukan pemetaan siapa stakeholder kita. Freeman dan McVea (dalam Ndlela, 2019, p. 30) membedakan stakeholder berdasarkan kekuasaan dan kepentingan yang dimiliki. Terkait hal ini, ada empat kelompok stakeholder. Pertama stakeholder dengan kekuasaan tinggi namun memiliki kepentingan rendah. Mereka memiliki pengaruh besar tetapi tidak memiliki kepentingan terhadap issue yang muncul. Kedua, kelompok yang memiliki kekuasaan tinggi dan kepentingan tinggi. Mereka umumnya adalah kelompok yang terkait langsung dengan issue dan memiliki kepentingan dengan issue tersebut.  Ketiga, stakeholder yang memiliki kekuasaan rendah dan kepentingan juga rendah. Keempat, kelompok yang memiliki kekuasaan rendah namun kepentingan tinggi. Kelompok ini memiliki kepentingan sangat tinggi dengan organisasi tapi mereka tidak memiliki power untuk mempengaruhi situasi.

Dalam manajemen stakeholder organisasi juga harus melakukan analisis stakeholder kaitannya untuk melihat siapa stakeholder utama yang berpengaruh terhadap issue yang sedang berkembang. Organisasi bisa melakukan penilaian stakeholder mana yang mendukung dan yang mengancam. Untuk menjalankan hal ini, organisasi juga perlu memahami posisi dirinya di tengah masyarakat. Diperlukan analisa SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) agar organisasi memahami apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Selain itu, organisasi juga akan memahami peluang dan kemungkinan ancaman yang ada dalam menangani sebuah issue.

Disarikan dari buku:

Freeman, E.R. (1984). Strategic Management: A stakeholder approach. Melbourn: Pitman Publishing

Friedman, A. L & Mile, S. (2006). Stakeholders Theory and Practice. US: Oxford University Press

 

 

error: Content is protected !!