Menyongsong Kaltim Sebagai Ikon Indonesia Masa Depan
Berbicara ibukota negara yang sebentar lagi akan pindah ke Kalimantan Timur, sesungguhnya masih belum ada gambaran jelas bagaimana mekanisme pelaksanaannya. Meski gambaran itu belum jelas, namun keputusan akan berpindahnya ibukota membuka peluang bagi Kalimantan Timur untuk lebih mewarnai Indonesia di masa depan. Diakui atau tidak, perjalanan bangsa Indonesia selama ini banyak diwarnai oleh pulau Jawa. Bisa dikatakan Jawa adalah Indonesia masa kini. Hal tersebut wajar adanya karena disanalah pusat pemerintahan dan bisnis terjadi.
Ibarat medan magnet, suatu daerah yang didalamnya ada ibukota akan menjadi magnet tersendiri yang bisa menyedot berbagai hal. Pembangunan infrastruktur, aktivitas perekonomian, hingga munculnya banyak pendatang bisa dipastikan akan tumbuh begitu cepat di daerah yang menjadi ibukota. Kalimantan Timur yang sudah resmi terpilih menjadi ibukota baru Indonesia akan menuju ke kondisi tersebut. Tidak berlebihan jika dikatakan Kaltim akan menjadi ikon Indonesia masa depan.
SDM Unggul
Menjadi ikon Indonesia masa depan tidak bisa dilepaskan dari perbincangan tentang kesiapan sumber daya manusia (SDM). Kita tidak bisa hanya bangga akan menjadi pusat aktivitas negeri ini, khususnya terkait pemerintahan. Sebab, dibalik peluang itu ada banyak tantangan yang harus ditaklukkan, salah satunya adalah kesiapan SDM.
Ketika Kaltim menjadi ibukota negara, SDM di propinsi ini tidak hanya akan bersaing dengan sesama masyarakat yang ada di propinsi yang kaya akan sumber daya alam ini. Sebab, Kaltim akan menjadi daerah tujuan bagi siapa saja yang akan berurusan dengan pemerintah pusat, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Hal yang pasti adalah berpindahnya jutaan ASN yang semula berada di Jakarta, ke lokasi ibukota negara yang baru. Aktivitas bisnis bisa dipastikan juga akan meningkat.
Untuk menghadapi situasi tersebut diperlukan SDM unggul yang bisa berkompetisi dengan para pendatang untuk menangkap setiap peluang yang ada. Penguasaan skill dan ilmu pengetahuan menjadi syarat mutlak terciptanya SDM unggul. Empat tahun bukan waktu yang panjang untuk menyiapkan diri. Masyarakat di propinsi ini harus bisa memaksimalkan berbagai sarana belajar untuk meningkatkan kompetensi diri.
Berkaca dari Era Industri 4.0
Sebelum jauh berbicara kesiapan SDM menghadapi perpindahan ibukota negara, kita perlu menengok beberapa hal yang terjadi di era industri 4.0. Era ini memberikan kesempatan kepada siapa saja yang ingin mengasah skill dan ilmu pengetahuan dengan pembelajaran lewat internet. Pertanyaannya berapa banyak masyarakat yang memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut untuk keperluan belajar?
Dalam sebuah tulisan yang dilansir oleh Kementerian Kominfo, jumlah pengguna internet di Indonesia hingga Juli 2019 mencapai 171 juta orang. Dari jumlah tersebut, 64,8 % pengguna untuk akses hiburan, 17,1% untuk akses game, dan 14% untuk akses situs busana dan buku. Data tersebut menunjukkan bahwa internet belum dioptimalkan sebagai sarana belajar. Padahal, mencetak SDM unggul sejatinya tidak bisa hanya mengandalkan kampus dan sekolah sebagai tempat belajar. Ilmu pengetahuan yang tersaji di berbagai website bisa menjadi sumber belajar yang sangat memadai.
Tidak hanya memberikan kesempatan belajar. Internet juga memberikan kesempatan seseorang untuk menggeluti E-commerce, berdagang secara online. Lagi-lagi berapa banyak orang yang memanfaakan kesempatan tersebut. Kita lebih senang menjadi penikmat dan objek jualan pihak lain. Berdasar data Global Web Index 2018, sebanyak 86 persen pengguna internet di Indonesia memanfaatkan internet untuk belanja online. Budaya konsumtif dan konsumeris berkembang pesat di kalangan pengguna internet.
Tidak sekedar penikmat dagangan online. Sebagian besar pengguna internet Indonesia lebih senang menikmati sajian video para youtuber dibanding menjadikan dirinya sebagai seorang kreator. Padahal kesempatan untuk membuat karya di kanal youtube juga terbuka bagi semua pengguna internet. Alhasil kesempatan untuk mendapatkan finansial melalui karya yang diposting di jaringan internet hanyak dimiliki oleh segelintir orang.
Informasi di atas bisa menjadi pelajaran penting ketika masyarakat Kaltim menghadapi era perpindahan ibukota. Ketidaksiapan menghadapi era ini, telah menempatkan mereka menjadi objek kemajuan tekonologi.
Jika hal tersebut tidak menjadi pelajaran, tidak menutup kemungkinan ketika Kaltim menjadi ibukota nanti kita hanya akan menjadi penonton dari setiap kemajuan dan peluang yang ada. Masyarakat lokal akan terpinggirkan oleh kemajuan peradaban yang dibawa pendatang. Lantas apa yang harus disiapkan?
Generasi Muda di Ibukota Negara
Mengingat perpindahan ibukota negara masih beberapa tahun ke depan, maka pihak yang paling harus dipersiapkan adalah para generasi muda. Sebab, merekalah generasi yang paling terdampak pada saatnya nanti. Untuk menyiapkan mereka, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Pertama, merubah paradigma berpikir. Generasi muda diharapkan lebih terbuka terhadap semua peluang profesi dan pekerjaan. Tidak bisa dipungkiri, hingga saat ini banyak generasi muda yang mengejar sekolah tinggi demi menjadi pegawai negeri. Padahal kesempatan di sektor lain justru lebih terbuka, seperti menjadi seorang enterpreuner ataupun aktif di industri kreatif.
Kedua bidang tersebut terbukti telah mengantarkan kesuksesan bagi sejumlah orang. Sebut saja Susi Pudjiastuti, pemilik Susi Air, Anne Avantie, desainer kondang dan I Gusti Ngurah Anom, milyarder pemilik jaringan outlet Krisna di Bali. Meski pendidikan mereka hanya tamat SMP, tapi ketekunannya di dunia enterprenuer dan industri kreatif mengantarkan mereka menjadi orang sukses.
Peluang menjadi enterprenuer muda akan terbuka ketika Kaltim menjadi ibukota negara. Kebutuhan akan oleh-oleh khas Kaltim misalnya, dimungkinkan akan meningkat. Berkaca dari kesuksesan Krisna di Bali, generasi muda Kaltim bisa mencoba menyiapkan diri mengambil peluang tersebut. Tour guide, profesi yang sebelumnya kurang popular di Kaltim, pada saatnya nanti bisa menjadi sebuah kebutuhan. Generasi muda yang senang petualang bisa menyiapkan diri untuk menggeluti profesi tersebut.
Kedua, lembaga pemerintah dan swasta termasuk ormas dan OKP harus mendukung dan membantu terciptanya perubahan paradigma tersebut. Caranya fokus dengan membuat program kerja dan kegiatan yang mengarah pada pembelajaran skill dan peningkatan ilmu pengetahuan. Hindari membuat kegiatan yang hanya bersifat seremoni apalagi sebatas pencitraan. Dengan cara ini, dana organisasi akan terserap ke hal-hal yang lebih positif dan bermanfaat bagi pengembangan generasi muda.
Cara kedua ini juga bisa dilakukan oleh dunia kampus yang ada di semua wilayah Kaltim. Kurikulum yang hanya bersifat teori saatnya dipadukan dengan praktek di lapangan. Selain itu, dunia kampus bisa menfasilitasi berbagai kegiatan yang lebih mengarah pada penyiapan keterampilan. Suka atau tidak suka, kampus-kampus di wilayah Kaltim harus bekerja keras menyiapkan kemungkinan banyaknya ilmuwan dan praktisi yang akan membanjiri ibukota baru nanti. Kampus sebagai pusat pembelajaran harus bisa menyiapkan lulusannya untuk bersaing secara global.
Ketiga, ciptakan link. Relasi dan kemampuan komunikasi menjadi faktor penting dalam mendukung kesuksesan seseorang. Di era komunikasi seperti sekarang, kedua hal tersebut menjadi komponen penting yang akan mempermudah langkah dalam menaiki tangga kesuksesan. Generasi muda Kaltim harus berani menciptakan “personal branding” yang bisa membuat pihak lain tertarik dengan kapasitas yang dimiliki. Hal ini sangat mudah dilakukan, karena sebagian besar generasi muda adalah pengguna internet aktif.
Keempat, pemerintah sebaiknya merancang kebijakan penyerapan masyarakat lokal dalam pengembangan ibukota baru nanti. Kebijakan tersebut diterapkan dalam berbagai sektor yang nantinya akan dikembangkan di area ibukota baru. Dengan demikian masyarakat lokal yang memiliki keterampilan dan pengetahuan bisa terserap dalam berbagai lapangan kerja yang ada. Hal ini akan mengurangi munculnya persoalan sosial yang bisa muncul sewaktu-waktu.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan masyarakat Kaltim, khususnya generasi mudanya bisa mengambil peran optimal saat perpindahan ibukota negara nanti. Langkah tersebut sekaligus untuk mengantisipasi terpinggirkannya masyarakat lokal, seperti yang terjadi di ibukota negara saat ini.