Menaklukkan Tambang Potret Perempuan di Pertambangan
Buku “Menaklukkan Tambang: Potret Perempuan Pekerja Tambang” ditulis sebagai bentuk penghargaan kepada para perempuan yang telah mendedikasikan hidupnya di dunia pertambangan. Berbagai hal yang tertulis dalam buku ini didasarkan pada hasil penelitian yang berjudul “Pekerja Perempuan di Tambang: Bentuk Negosiasi Kesetaraan Gender dalam Dunia Kerja Maskulin.”
Riset yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi itu, fokus pada pengungkapan pengalaman hidup para perempuan pekerja tambang batubara di PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang berlokasi di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Pekerja perempuan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah perempuan yang berprofesi sebagai operator armada alat berat. Penulis menfokuskan diri pada operator perempuan, karena mereka adalah pekerja yang berhadapan langsung dengan kerasnya dunia tambang.
Untuk memudahkan pemahaman pembaca, buku ini disajikan dengan gaya tulisan jurnalistik. Informasi yang tersaji didasarkan pada hasil wawancara dengan pekerja tambang yang menjadi informan penelitian. Selain itu, penulis memasukkan berbagai teori dari para ahli sebagai rujukan ilmiah dari informasi yang tersaji.
Buku ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana para operator perempuan yang mengoperasikan armada tambang menjalani profesinya. Meski kerap digambarkan sebagai sosok yang lemah, realitanya mereka bisa beradaptasi dengan sangat baik di dunia kerja yang keras. Adaptasi tidak hanya dengan alam dan kondisi pekerjaan. Lebih dari itu, sebagai kelompok minoritas, mereka juga dituntut mampu mengikuti ritme kerja laki-laki sebagai kelompok mayoritas di dunia kerja tersebut.
Dilihat dari latar belakang pendidikan, para operator perempuan di tambang, umumnya hanya lulusan SMA. Namun kemampuan mereka menjalani kehidupan, baik di sektor publik maupun sektor domestik melampaui tingkat pendidikannya. Untuk menjadi seorang operator armada tambang, tidak sedikit tantangan dan hambatan yang harus mereka hadapi, baik dalam keluarga maupun di tempat kerja. Memadukan tugas keluarga dan tempat kerja seperti tambang sesungguhnya bukan hal mudah. Namun demikian, mereka berhasil mengatasi tantangan dan hambatan dengan baik, terbukti dari kesuksesan peran ganda yang mereka jalankan.
Ketangguhan mereka di tambang tidak terlepas dari pemikiran sederhana yang ada, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk bekerja. Pemikiran itu pula yang turut mendasari mereka memilih bekerja sebagai operator tambang. Kerja keras mereka di tambang menjadi bukti kesetaraan. Mereka tidak disibukkan dengan retorika emansipasi, namun mereka mampu bekerja dengan ritme yang sama dengan pekerja laki-laki.
Mereka tidak belajar teori-teori feminisme. Mereka juga tidak dibekali pengetahuan negosiasi dan adaptasi. Realitanya mereka mampu melakukan semua itu dengan sangat baik, terbukti mereka mampu memecahkan isu sosial yang dihadapi di industri tambang. Kemampuan itu membuat mereka bisa beradaptasi di dunia kerja maskulin dalam jangka puluhan tahun.
Tidak berlebihan jika penulis mengatakan bahwa kehidupan perempuan pekerja tambang bisa menjadi potret bagi perempuan di berbagai sektor pekerjaan. Apa yang dilakukan oleh operator perempuan di tambang menjadi inspirasi sekaligus teladan bagaimana menyeimbangkan sektor domestik dan publik. Kesetaraan harus dibuktikan bukan sekedar omongan apalagi tuntutan. Peran ganda bagian dari bukti ketangguhan perempuan, bukan untuk diperdebatkan.
Semoga buku ini bermanfaat bagi siapapun yang membaca, sekaligus menjadi pengetahuan tersendiri bahwa perempuan adalah asset berharga bagi dunia pertambangan.