Manajemen Keluarga, Antara Logika dan Rasa

Banyak pendapat menyebutkan bahwa perempuan adalah makhluk lemah. Tentu saja, pernyataan tersebut menimbulkan banyak penafsiran dan pertanyaan. Jika perempuan adalah makhluk lemah, mengapa sejarah menulis banyak pemimpin besar, pengusaha kaya, hingga ilmuwan yang pencapaian kesuksesannya dimulai dan dibesarkan oleh tangan perempuan. Tidak mengherankan jika dikatakan dibalik pria sukses selalu ada perempuan hebat, entah itu seorang ibu atau seorang istri.

Oleh karena itu, menggambarkan sosok perempuan sesungguhnya lebih tepat jika dikatakan sebagai makhluk yang dilahirkan dengan kelembutan dan senyuman. Dalam kelembutan dan senyuman itulah sejatinya kekuatan perempuan ada. Dengan kekuatan itu pula, perempuan mampu menjaga stabilitas rumah tangganya.

Tanpa kelembutan, manajemen keluarga belum tentu bisa berjalan dengan baik. Sebab, keluarga bukanlah perusahaan yang bisa diurus dan ditata dengan mengedepankan logika yang dimanifestasikan dalam bentuk aturan dan kebijakan lainnya.

Manajemen rumah tangga adalah kombinasi antara logika dan rasa. Artinya, tidak semua hal dalam rumah tangga bisa diselesaikan dengan mengedepankan logika. Nurani bahkan emosi (perasaan) memegang peran penting dalam menyelesaikan setiap persoalan. Disinilah perempuan diuji kekuatannya. Mampukah ia menyelesaikan persoalan dengan kekuatan kelembutan yang dimilikinya?

Dengan kelembutan itu pula diharapkan perempuan mampu menjadi istri yang hebat. Siapakah sejatinya istri hebat? Istri hebat adalah mereka yang mampu menempatkan karir di luar rumah sebagai bentuk aktualisasi diri dan tugas rumah tangga sebagai bagian kodratnya sebagai perempuan. Dengan cara pandang seperti ini, peran ganda perempuan tidak akan menimbulkan kontroversi. Peran ganda perempuan akan berjalan tanpa ada yang harus dikorbankan.

Persoalan yang kerap muncul adalah ketika perempuan menggapai karir di luar rumah, seolah perempuan mengumandangkan inilah emansipasi. Emansipasi seolah dimaknai sebagai perjuangan melawan laki-laki. Dengan emansipasi perempuan mencoba menghilangkan jati diri. Dengan emansipasi perempuan kadang lalai dengan tugas mulianya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Bahkan dengan emansipasi perempuan kadang lupa dengan kekuatan utamanya “kelembutan dan senyuman”.

Paparan di atas bisa dilihat alurnya dalam slide berikut ini. File bisa didownload disini.

error: Content is protected !!